Powered By Blogger

Senin, 27 Juni 2011

Jaminlah Bagiku Enam Perkara, Aku Jamin Bagimu Surga

Posted by Abu Mustaqim

Oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzak bin Abdulmuhsin al-Badr hafidhahullah ta’ala
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas pemimpin para Rasul, Nabi kita Muhammad. Juga atas keluarganya dan seluruh para sahabatnya. Wa ba’du.
Termasuk sesuatu yang dimaklumi oleh seluruh manusia bahwa kata “jaminan” akan anda dapati di kalangan manusia mendapat perhatian yang sangat besar. Kata ini senantiasa mengiringi aktifitas jual beli dan perniagaan mereka. Barang dagangan yang memiliki jaminan akan mendapat tempat tersendiri dibanding barang-barang yang tidak memilikinya. Ini menunjukkan, betapa tingginya perhatian manusia terhadap sesuatu yang memiliki jaminan tertentu, melebihi sesuatu yang tidak demikian, dengan perbedaan-perbedaan yang besar dari sisi-sisi kebenaran jaminan tersebut. Oleh karena itu, perhatian manusia terhadap hal ini semakin besar lagi. jika pemilik jaminan adalah orang yang dikenal memiliki sifat jujur, tepat janji dan amanah, maka perkara-perkara yang dengannya jaminan itu akan didapatkan, akan menjadi perkara yang mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan manusia.
Bagaimana jika pemilik jaminan itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang benar dan dibenarkan. Orang yang tidak bertutur kata dengan hawa nafsunya, melainkan ia adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. Dan bagaimana juga jika yang dijaminkannya adalah surga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang isinya adalah sesuatu yang tidak pernah ada satu matapun yang pernah melihatnya, tidak ada satu telinga pun yang pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas sedikitpun dalam hati manusia. Bagitu juga bagaimana jika perkara-perkara yang dengannya dapat diraih jaminan ini adalah perkara-perkara mudah, perbuatan-perbuatan ringan yang tidak membutuhkan kerja keras dan beban berat.
Maka, renungkanlah –semoga Allah menjagamu- satu hadis tentang jaminan yang agung ini. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, al-Hakim dalam Mustadraknya dan yang lainnya, diterima dari Ubadah bin Shamith –Radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan menjamin bagimu surga; jujurlah jika kalian berbicara, tunaikanlah jika kalian berjanji, laksanakanlah jika kalian diamanahi, jagalah kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian dan cegahlah tangan kalian.” (lihat as-silsilah as-shahihah, Syaikh al-Bani –rahimahullah. No 1470)
Sesungguhnya ia adalah jaminan dengan jaminan dan penunaian dan penunaian.
“Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan menjamin bagimu surga”
Enam amal yang sangat mudah, enam perkara kebaikan yang sangat ringan. Orang yang memperbuatnya dalam hidupnya dan menjaganya hingga akhir hayatnya, maka surga terjamin baginya. Perjalan kepadanya adalah sesuatu yang pasti dan terjamin.
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah syurga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.
(QS. Qaaf [50]: 31-35)
  • Jujur dalam berkata
Seorang mukmin adalah orang yang jujur dan tidak mengenal kata dusta. Ia senantiasa menjaga kejujuran dalam hidupnya hingga hal itu mengantarkannya kepada surga. Dalam hadis, “Hendaknya kalian berlaku jujur, karena jujur mengantarkan pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan mengantarkan pada surga. Seseorang yang senantiasa jujur, bersungguh-sungguh memilih kejujuran, hingga Allah akan menetapkannya sebagai orang jujur.” (HR Muslim)
  • Menunaikan janji dan komitmen terhadap akad
Ini adalah salah satu sifat orang-orang mukmin dan ciri orang-orang  yang bertakwa. Mereka tidak mengenal ingkar dalam janji dan khianat dalam akad. Sifat menepati adalah sifat pokok dalam bangunan masyarakat islam, karena ia berhubungan dengan seluruh jenis pergaulan manusia. Seluruh bentuk interaksi manusia, hubungan-hubungan sosial dan jenis-jenis transaksi sangat ditentukan oleh sifat ini. Jika sifat ini hilang, hilang  pulalah kepercayaan, hubungan manusia menjadi buruk dan saling curiga akan merebak.
  • Melaksanakan amanah
Ia adalah diantara karakter positif terbesar, yang Allah memuji para pelakunya. Ia adalah diantara bentuk kesempurnaan iman seseorang dan kebaikan Islamnya. Dengan karakter amanah, maka agama, kehormatan, harta, jasad, jiwa, ilmu dan yang lainnya akan terjaga. Dalam hadis, “Seorang mukmin itu adalah orang yang manusia merasa aman dengannya atas harta dan jiwa mereka” (HR Ahmad). Jika amanah telah tersebar dalam masyarakat, maka jalinan antar mereka akan menjadi agung, pertaliannya akan menjadi kokoh serta kebaikan dan berkah akan meliputinya.
  • Menjaga kemaluan
Maksudnya menjaga kemaluan dari perbuatan haram dan menjaganya agar tidak terjatuh pada kebatilan. “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka milik; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Mukminun [23]: 5-7). Menjaga kemualuan berarti menjaga keturunan dan nasab, mensucikan masyarakat dan menjaga keselamatan dari segala bahaya dan penyakit.
  • Menundukkan pandangan
Maksudnya dari melihat yang diharamkan. Allah berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya…” (QS. An-Nur [24]: 30-31). Menundukkan pandangan memiliki faidah yang agung. Ia akan mewariskan pada seorang hamba kelezatan iman, cahaya hati, kekokohan kalbu, kesucian jiwa dan keshalehannya. Padanya terdapat pencegah dari prilaku mencari-cari yang diharamkan dan kerinduan terhadap kebatilan.
  • Menahan kedua tangan
Maksudnya adalah dari menyakiti sesama, atau menyebabkannya tertimpa keburukan. Orang yang menyakiti hamba-hamba Allah akan mendapat murka Allah, mendapat murka manusia dan masyarakat akan menjauhinya. Perbuatan ini adalah wujud dari akhlak buruk dan etika yang rendah. Sebaliknya, jika seseorang menjaga tangannya dari menyakiti sesama, maka itu adalah bukti atas kecerdasan akhlaknya, kemuliaan etikanya dan kebaikan pergaulannya. Ia pun akan mendapatkan janji Allah yang sangat agung kerena hal itu. Apalagi jika seseorang itu akhlaknya semakin tinggi, etikanya semakin mulia.  Tidak hanya tidak menyakiti sesama, hingga dengan akhlaknya itu ia justru menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan yang dilalui orang-orang mukmin. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang melewati ranting pohon di jalan, kemudian ia berkata: “demi Allah sungguh aku akan menyingkirkan ini agar tidak menyakiti orang-orang muslim” kemudian ia dimasukkan ke dalam surga.” (HR Muslim)
Itulah beberapa pintu surga yang tinggi, menaranya sangat nampak dan jalannya sangat mudah. Hendaknya kita menggunakan kesempatan itu sebelum ia tiada. Hendaknya kita memperbanyak kebaikan untuk diri kita sebelum kita wafat. Semoga Allah membantu kita semua meraih tempat mulia itu, memberi petunjuk (taufik) pada setiap kebaikan. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, para keluarganya dan seluruh para sahabatnya.
Diterjemahkan oleh Abu Khaleed Resa Gunarsa

Minggu, 26 Juni 2011

Ingin Bergabung Dalam Blackberry Group Assunah.....?

Bismillah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Bagi Ikhwan dan Akhwat sekalian yang ingin bergabung dalam group Blackberry Assunnah, bisa memberikan nomer Pin nya melalui kotak shout yang ada disebelah kanan bawah blog ini, dengan format:

Nama__No Pin

Insya Allah Manfaat yang diperoleh:
-Mendapatkan Artikel-artikel yang sesuai Al-Qur'an dan Hadits
-Bisa mengajukan pertanyaan melalui BB
-Mendapatkan Jadwal Kajian

Selain itu, Akhwat dan Ikhwan Groupnya dipisah
Demikian, semoga dengan adanya wasilah melalui BB ini kita bisa saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.


Wallahu a’lam bish showab.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Rabu, 22 Juni 2011

KENAPA AKU DIUJI..??


Oleh: Abu Mustaqim
Kenapa Aku Diuji ??
Al-Qur'an Menjawab:
Qs. Al-Ankabut : 2-3
Apakah Manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman' sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-oranng yang benar dan sesungguhnya Dia mengatahui orang-orang yang dusta.

Kenapa Aku Tak Mendapat Apa Yang Aku Inginkan ??
Al-Qur'an Menjawab:
Al- Baqarah: 216
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Kenapa Ujian Seberat Ini ?
Al-Qur'an Menjawab:
Al- Baqarah: 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Kenapa Frustasi ?
Al-Qur'an Menjawab:
Al- Imran: 139
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.



Bagaimana Aku Harus Menghadapinya ???
Al-Qur'an Menjawab:
Al- Baqarah: 45
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.


Apa Yang Aku Dapat ??
Al-Qur'an Menjawab:
At- Taubah: 111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.


Kepada Siapa Aku Berharap ???
Al-Qur'an Menjawab:
At- Taubah: 129
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal..


Aku Tak Sanggup ??
Al-Qur'an Menjawab:
Qs. Yusuf: 87
..........dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.


Source: Blackberry Group Assunah, diketik ulang dengan sedikit editan.













Undangan Bedah Buku "Gratis"

لسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Bismillahirrohmaanirrohim
Alhamdulillahirobbil'alamin

Bersama ini kami mengundang para ikhwan untuk menghadiri bedah buku karya Ustadz Abu Yahya Badrussalam, LC. "Kuburan Bukan Tempat Ibadah". Panitia akan menginfakkan 500 buku gratis "Kuburan Bukan Tempat Ibadah" kepada 500 pendaftar/peserta acara ini. (Khusus Ikhwan)

Hari               :  Rabu
Pukul             :  13.00 s/d 15.00
Tgl                 :  29 Juni 2011
Tempat          :  Balai Sarbini, Taman Wiladatika
Pemateri        : Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, dan Ustadz Nuzul Dzikry, Lc.

Informasi Pendaftaran:
* Akh Adit "Abu Muhammad"
   08159568894
   Pin BBM 21DE42F3
* Akh Dhoan "Abu Raihanna"
   08129407975
   Pin BBM 22B4ED23

Cara pendaftaran lewat sms : nama lengkap_no hp_alamat
Contoh: herman sudrajat_081210379948_Cileungsi

Pendaftaran juga bisa langsung menghubungi contact person diatas
Pendaftaran paling lambat hari Senin, tgl 27 Juni 2011

Wassalamu'alaikum warihmatullohi wabarokaatuh

Senin, 06 Juni 2011

Sederhana Dalam Sunnah Lebih Baik Daripada Bersungguh-sungguh Dalam Bid’ah

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, bahwasanya ia berkata :
اقتصاد في سنة خير من اجتهاد في بدعة
“Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.” [HR. ad-Darimi (223), al-Lalika'i (1/55, 88) dan yang selainnya. Atsar ini shohih.]
Dari Sa’id bin al-Musayyib, bahwa ia melihat seseorang sholat setelah fajar lebih dari 2 roka’at, ia memperbanyak pada sholat 2 roka’at itu rukuk dan sujud, maka ia (Sa’id) melarangnya. Maka orang itu berkata : “Wahai Aba Muhammad, apakah Allah akan mengadzabku karena sholat?” Ia menjawab : “Tidak, akan tetapi Allah akan mengadzabmu karena engkau menyelisihi sunnah.” [HR. al-Khotib dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (1/147)]
Dari Sufayan bin Uyainah, ia berkata : aku mendengar Malik bin Anas ketika seseorang mendatanginya, lalu orang itu berkata : “Wahai Aba Abdillah, darimana aku ber-ihrom?” Malik menjawab : “Dari Dzul Hulaifah, dari tempat Rasulullah ber-ihrom.” Maka orang itu berkata : “aku ingin ihrom dari masjid di sebelah kuburan (yakni masjid Nabawi, pent).” Malik mengatakan : “Jangan engkau lakukan itu, aku khawatir engkau akan tertimpa fitnah.” Orang itu berkata : “fitnah apa? Aku
kan hanya menambah beberapa mil saja.” Malik berkata : “fitnah apa yang lebih besar daripada engkau merasa melakukan yang lebih utama daripada apa yang telah diringkas oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar Allah berfirman :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS An-Nur : 63)” [HR. al-Khotib dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (1/146), dan Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (6326), dan lain-lain]
Abu Syamah berkata dalam kitab al-Ba’its ‘ala Inkaril Bida’i wal Hawaditsi (214) : “Telah nyata dan jelas denga taufiq dari Allah ta’ala benarnya pengingkaran oleh orang yang mengingkari sesuatu dari bid’ah-bid’ah ini walaupun bid’ah itu berupa sholat atau masjid, dan tidak usah perduli dengan celaan seorang jahil yang berkata : “bagaimana diperintahkan untuk membatalkan sholat dan merobohkan masjid”, maka tidaklah menimbangnya kecuali dengan timbangan orang yang mengatakan : “bagaimana diperintahkan untuk merobohkan masjid”, (ditimbang dengan) jika ia mendengar bahwa Nabi merobohkan masjid Dhiror; dan orang yang mengatakan : “bagaimana dilarang dari memebaca al-Qur’an dalam ruku’ dan sujud” (ditimbang) jika ia mendengar hadits ‘Ali radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam ash-Shohih(Shohih al-Bukhori, pent) :
نهاني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أقرأ القرآن في الركوع والسجود
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangku untuk membaca al-Qur’an dalam ruku’ dan sujud.”
Maka mengikuti sunnah lebih utama daripada menyia-nyiakan waktu dalam mengerjakan bid’ah, walaupun bid’ah tersebut dalam bentuk sholat. Andaikata kita menerima bahwa pada sholat (yang tercampur bid’ah, pent) itu masih ada ganjarannya, maka barokah mengikuti sunnah itu lebih banyak fa’idahnya dan lebih besar ganjarannya.”
[diterjemahkan oleh Ummu SHilah & Zaujuha dari Ushulul Fiqh 'Ala Madzhabi Ahlil Hadits, karya asy-Syaikh Zakariyya bin Ghulam Qodir al-Bakistani, Bab Qowa'id fil Bid'ah]